Tampilkan postingan dengan label IPA BAB 9. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label IPA BAB 9. Tampilkan semua postingan

Minggu, 06 Januari 2019

6. Kanker ginjal 

Kanker ginjal adalah jenis kanker yang awalnya muncul di ginjal. Manusia memiliki dua buah ginjal yang terletak di kedua sisi punggung bawah, di bawah tulang rusuk. Ginjal adalah organ di dalam tubuh yang berfungsi menyaring kotoran dalam darah dan membuangnya dalam bentuk urine. Selain itu, ginjal juga memproduksi hormon renin yang berfungsi mengendalikan tekanan darah dan hormon erythropoietin yang berfungsi dalam pembentukan sel darah merah.
kanker ginjal - alodokter

Penyebab Kanker Ginjal

Penyebab kanker ginjal belum diketahui secara pasti hingga kini. Namun, dokter mendeteksi bahwa kanker dimulai ketika DNA dalam sel-sel ginjal bermutasi. Mutasi ini menyebabkan sel ginjal tumbuh abnormal dan tidak terkendali. Akumulasi sel tersebut akhirnya membentuk tumor yang dapat menyebar ke seluruh organ ginjal atau bagian tubuh lainnya.
Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker ginjal, antara lain:
  • Merokok.
  • Hipertensi.
  • Obesitas.
  • Memiliki anggota keluarga penderita kanker ginjal.
  • Efek samping cuci darah jangka panjang.
  • Bekerja di lingkungan yang mengakibatkan terpapar zat tertentu, seperti kadmium.
  • Sindrom von Hippel-Lindau, yaitu kelainan bawaan yang mengakibatkan timbulnya tumor dan kista di beberapa bagian tubuh.

Gejala Kanker Ginjal

Sebagian besar penderita kanker ginjal adalah orang berusia 50 tahun ke atas. Pada stadium awal biasanya penderita tidak merasakan adanya gejala. Namun, pada stadium lanjut, penderita dapat merasakan gejala-gejala sebagai berikut:
  • Demam.
  • Keluar keringat pada malam hari.
  • Kekurangan darah (anemia).
  • Tekanan darah tinggi (hipertensi).
  • Penurunan berat badan.
  • Nyeri dan bengkak di sekitar punggung bawah dan pinggang.
  • Berubahnya warna urine menjadi kemerahan atau kecokelatan karena telah bercampur darah.
  • Batuk darah jika kanker telah menyebar ke paru-paru.
  • Nyeri tulang jika kanker telah menyebar ke tulang.
  • Pembengkakan pembuluh darah di sekitar testis (terjadi pada pria).
  • Kelenjar di bagian leher membengkak.

 Diagnosis Kanker Ginjal

Sebagai langkah awal diagnosis kanker ginjal, dokter akan melakukan beberapa hal yang meliputi mengajukan pertanyaan mengenai gejala yang dialami pasien dan melakukan pemeriksaan fisik untuk mendeteksi adanya benjolan atau pembengkakan.
Dokter akan melakukan pemeriksaan lanjutan untuk memastikan diagnosis. Beberapa jenis pemeriksaan lanjutan meliputi:
  • Tes urine. Untuk mendeteksi adanya infeksi atau darah.
  • Tes darah. Untuk memeriksa tanda gangguan fungsi pada ginjal.
  • Ultrasonografi (USG). Pemeriksaan menggunakan gelombang suara berfrekuensi tinggi untuk menghasilkan gambaran dari ginjal pasien.
  • CT scan. CT scan ginjal dan saluran kemih merupakan tes pencitraan yang menampilkan gambar ginjal dari banyak sudut dan potongan.
  • MRI. Tes pencitraan yang dapat menghasilkan gambar detail dari ginjal pasien.
  • Biopsi. Prosedur yang dilakukan dengan memasukkan jarum untuk mengambil sampel jaringan ginjal yang nantinya akan dianalisis di laboratorium.
Melalui pemeriksaan lanjutan tersebut, dokter mungkin dapat menyimpulkan apakah gejala yang pasien alami merupakan gejala kanker ginjal atau bukan. Jika pasien terdiagnosis kanker ginjal, dokter akan menentukan stadium kanker ginjal.

Pengobatan Kanker Ginjal

Pengobatan kanker ginjal dilakukan berdasarkan ukuran atau diameter kanker dan penyebarannya di dalam tubuh. Beberapa jenis pengobatan terhadap kanker ginjal meliputi:
  • Operasi. Operasi adalah metode pengobatan yang paling banyak dilakukan terhadap penderita kanker ginjal. Ada 2 macam operasi kanker ginjal, yaitu:
    • Nefrektomi parsial, yaitu prosedur operasi dengan mengangkat sebagian ginjal yang berubah menjadi sel kanker. Prosedur ini biasanya dilakukan jika diameter tumor kurang dari 4 cm.
    • Nefrektomi radikal, yaitu prosedur operasi dengan mengangkat seluruh organ ginjal yang terdapat sel kanker. Prosedur ini menyebabkan pasien harus menjalani hidup dengan satu ginjal.
    Prosedur operasi kanker ginjal dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:
    • Operasi ‘terbuka’. Dilakukan dengan membuat sayatan besar pada perut atau punggung.
    • Laparoskopi. Dilakukan dengan menggunakan peralatan khusus melalui sayatan yang lebih kecil, sebesar lubang kunci.
  • Terapi ablasi. Terapi ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
    • Krioterapi. Terapi menghancurkan sel-sel kanker dengan cara membekukan sel-sel tersebut.
    • Ablasi radiofrekuensi. Terapi menghancurkan sel-sel kanker dengan memanaskan sel-sel tersebut.
    Terapi ablasi memiliki efek samping, antara lain pendarahan di sekitar ginjal dan kerusakan pada ureter,
    yaitu saluran yang membawa urine dari ginjal ke kandung kemih.
  • Embolisasi. Prosedur ini dilakukan dengan cara menyuntikkan zat khusus ke dalam pembuluh vena ginjal melalui kateter guna menghambat aliran darah. Dengan terputusnya pasokan nutrisi atau oksigen ke dalam ginjal, maka tumor akan menyusut secara perlahan.
  • Radioterapi. Metode pengobatan menggunakan radiasi dari energi radioaktif untuk menghancurkan sel-sel kanker. Radioterapi tidak dapat mengobati kanker ginjal sepenuhnya, namun bisa mengurangi gejala yang dirasakan pasien dan memperlambat perkembangan kanker. Metode ini dilakukan jika kanker telah menyebar ke bagian tubuh lainnya, seperti tulang atau otak. Pengobatan dengan radioterapi memiliki efek samping, antara lain:
    • Lelah.
    • Diare.
    • Kulit kemerahan di area yang terkena radiasi.
  • Terapi obat. Terapi ini dilakukan untuk menghentikan pertumbuhan dan penyebaran sel-sel kanker dengan pemberian obat-obatan, antara lain:
    • Sutinib. Obat ini bekerja dengan cara menghambat protein kinase, yaitu enzim yang membantu pertumbuhan sel kanker, sehingga perkembangan kanker dapat dihentikan. Sunitinib tersedia dalam bentuk kapsul.
    • Pazopanib. Obat ini bekerja dengan cara menghambat tirosin kinase, enzim yang menstimulasi sel kanker, sehingga menghentikan pertumbuhan sel-sel kanker. Pazopanib tersedia dalam bentuk tablet.
    • Sorafenib. Obat ini berfungsi untuk menghentikan pertumbuhan sel kanker dengan mencegah sel kanker untuk membentuk pembuluh darah, yang dibutuhkan untuk tumbuh.
    • Everolimus. Kedua obat ini bekerja dengan cara menghambat atau mengganggu fungsi protein MTOR yang terdapat di dalam sel-sel kanker, sehingga jumlah sel kanker tidak makin banyak.

Pencegahan Kanker Ginjal

Cara terbaik untuk meminimalkan risiko kanker ginjal adalah dengan menerapkan pola hidup sehat. Langkah-langkah yang dapat dilakukan meliputi:
  • Berhenti merokok.
  • Selalu menjaga tekanan darah.
  • Menjaga berat badan ideal untuk menghindari obesitas dengan perbanyak konsumsi buah dan sayur, serta rutin berolahraga setiap hari.
  • Gunakan alat pelindung diri di lingkungan kerja yang rentan terhadap paparan zat-zat berbahaya.
sumber: https://www.alodokter.com/kanker-ginjal

5. Diabetes insipidus
Diabetes insipidus adalah kondisi yang cukup langka, dengan gejala selalu merasa haus dan pada saat bersamaan sering membuang air kecil dalam jumlah yang sangat banyak. Jika sangat parah, penderitanya bisa mengeluarkan air kencing sebanyak 20 liter dalam sehari.
Diabetes insipidus sendiri berbeda dengan diabetes melitus. Diabetes melitus adalah penyakit jangka panjang yang ditandai dengan kadar gula darah di atas normal. Diabetes insipidus, pada lain sisi tidak terkait dengan kadar gula dalam darah.
Diabetes insipidus-Alodokter

Penyebab Diabetes Insipidus

Terjadinya diabetes insipidus dikarenakan gangguan pada hormon antidiuretik (antidiuretic hormone/ADH) yang mengatur jumlah cairan dalam tubuh. Hormon ini dihasilkan hipotalamus, yaitu jaringan khusus di otak. Hormon ini disimpan oleh kelenjar pituitari setelah dihasilkan oleh hipotalamus.
Kelenjar pituitari akan mengeluarkan hormon antidiuretik ini saat kadar air di dalam tubuh terlalu rendah. ‘Antidiuretik’ berarti bersifat berlawanan dengan ‘diuresis’. ‘Diuresis’ sendiri berarti produksi urine. Hormon antidiuretik ini membantu mempertahankan air di dalam tubuh dengan mengurangi jumlah cairan yang terbuang melalui ginjal dalam bentuk urine.
Yang menyebabkan terjadinya diabetes insipidus adalah produksi hormon antidiuretik yang berkurang atau ketika ginjal tidak lagi merespons seperti biasa terhadap hormon antidiuretik. Akibatnya, ginjal mengeluarkan terlalu banyak cairan dan tidak bisa menghasilkan urine yang pekat. Orang yang mengalami kondisi ini akan selalu merasa haus dan minum lebih banyak karena berusaha mengimbangi banyaknya cairan yang hilang.
Diabetes insipidus sendiri terbagi menjadi dua jenis utama, yaitu:
  • Diabetes insipidus kranial. Diabetes insipidus jenis ini yang paling umum terjadi. Disebabkan tubuh tidak memiliki cukup hormon antidiuretik dari hipotalamus. Kondisi ini bisa disebabkan oleh kerusakan pada hipotalamus atau pada kelenjar pituitari. Kerusakan yang terjadi bisa diakibatkan oleh terjadinya infeksi, operasi, cedera otak, atau tumor otak.
  • Diabetes insipidus nefrogenik. Diabetes insipidus jenis ini muncul ketika tubuh memiliki hormon antidiuretik yang cukup untuk mengatur produksi urine, tapi organ ginjal tidak merespons terhadapnya. Kondisi ini mungkin disebabkan oleh kerusakan fungsi organ ginjal atau sebagai kondisi keturunan. Beberapa obat-obatan yang digunakan untuk mengatasi penyakit mental, seperti lithium, juga bisa menyebabkan diabetes insipidus jenis ini.
Jika Anda mengalami gejala diabetes insipidus, seperti selalu merasa haus dan buang air kecil melebihi dari biasanya, sebaiknya segera temui dokter. Mungkin yang Anda alami bukan diabetes insipidus, tapi akan lebih baik untuk mengetahui penyebabnya.
Orang dewasa buang air kecil sebanyak 4-7 kali dalam sehari, sedangkan anak kecil melakukannya hingga 10 kali dalam sehari. Hal ini dikarenakan kandung kemih anak-anak berukuran lebih kecil. Dokter akan melakukan beberapa tes untuk mengetahui penyebab pastinya dan diagnosis terhadap kondisi yang dialami.

Pengobatan Diabetes Insipidus

Pada diabetes insipidus kranial, pengobatan mungkin tidak perlu dilakukan pada kasus yang ringan. Untuk mengimbangi jumlah cairan yang terbuang, Anda perlu mengonsumsi air lebih banyak. Terdapat obat yang berfungsi untuk meniru peran hormon antidiuretik bernama desmopressin. Jika memang diperlukan, Anda bisa mengonsumsi obat ini.
Sedangkan pada diabetes insipidus nefrogenik, obat yang digunakan untuk mengatasinya adalah thiazide diuretik. Obat ini berfungsi menurunkan jumlah urine yang dihasilkan oleh organ ginjal.

Komplikasi Diabetes Insipidus

Rendahnya jumlah air atau cairan dalam tubuh dinamakan dehidrasi. Ini adalah salah satu komplikasi yang disebabkan oleh diabetes insipidus. Jika dehidrasi yang terjadi cukup ringan, Anda bisa minum oralit untuk mengatasinya. Tapi penanganan di rumah sakit akan diperlukan jika dehidrasi yang dialami cukup parah
sumber: https://www.alodokter.com/diabetes-insipidus
4. Hematuria 
Hematuria
MicroHematuria.JPG
Microscopic hematuria
Klasifikasi dan rujukan luar
ICD-10N02.R31.
ICD-9-CM599.7791.2
DiseasesDB19635
eMedicineped/951
Patient UKHematuria
MeSHD006417
Dalam kedokteran, hematuria adalah kehadiran sel-sel darah merah (eritrosit) dalam urin. Ini mungkin idiopatik dan / atau jinak, atau dapat menjadi tanda bahwa ada batu ginjal atau tumor dalam saluran kemih (ginjalureterkandung kemihprostat, dan uretra), mulai dari yang sepele hingga yang mematikan. Jika sel-sel darah putih ditemukan di samping sel-sel darah merah, maka itu adalah tanda infeksi saluran kemih.
Kadang-kadang "hemoglobinuria" digunakan pula untuk maksud yang sama, meskipun lebih tepatnya kata ini hanya mengacu pada adanya hemoglobin dalam urin.

Jenis[sunting | sunting sumber]

Perubahan warna merah pada urin dapat memiliki berbagai penyebab:
  • Sel darah merah
    • Hematuria mikroskopis (darah dalam jumlah kecil, dapat dilihat hanya pada urine atau light microscope)
    • Hematuria makroskopik (hematuria "terang" atau "kotor")
  • Hemoglobin (pigmen hanya merah, bukan sel-sel darah merah)
  • Pigmen-pigmen yang lain

Diagnosis[sunting | sunting sumber]

Sering kali, diagnosis dibuat berdasarkan sejarah medis dan beberapa tes darah, terutama pada anak muda dengan risiko keganasan rendah atau diabaikan, dan umumnya gejalanya terbatas.
Penyelidikan USG saluran ginjal sering digunakan untuk membedakan antara berbagai sumber pendarahan. Sinar-X dapat digunakan untuk mengidentifikasi batu ginjal, walaupun CT scan lebih tepat.
Pada pasien yang lebih tua, sistoskopi dengan biopsi dari lesi yang diduga sering digunakan untuk menyelidiki kanker kandung kemih.
Jika dihubungkan dengan rasa sakit, mungkin hematuria ditandai dengan sindrom nyeri pinggang.[1]
Berdasarkan pedoman AUA (Urologic American Association)[2], hal-hal berikut ini harus dilakukan untuk pasien berisiko tinggi dengan hematuria mikroskopis yang signifikan (lebih dari 3 sel darah merah per bidang berdaya tinggi):
  1. Pencitraan saluran kemih bagian atas dengan standar emas CT urogram
  2. Sitologi urine
  3. Sistoskopi

Penyebab[sunting | sunting sumber]

Penyebab hematuria makroskopik (darah terlihat dalam urin) meliputi:
  • Benign Familial Hematuria, nefropati akibat membran basal glomerulus ginjal yang merenggang
  • Urinary Schistosomiasis (yang disebabkan oleh Schistosoma haematobium) - penyebab utama hematuria di berbagai negara Afrika dan Timur Tengah
  • IgA nefropathy ( "penyakit Berger") - terjadi selama infeksi virus pada pasien yang terpengaruh
  • Batu ginjal (atau kencing batu)
  • Kanker kandung kemih
  • Karsinoma sel ginjal, kadang-kadang disertai perdarahan
  • Paroxysmal nocturnal hemoglobinuria - penyakit langka dimana hemoglobin dari sel-sel hemolysed dilewatkan ke dalam urin.
  • Infeksi saluran kemih dengan beberapa spesies termasuk bakteri strain EPEC dan Staphylococcus saprophyticus
  • Sifat sel sabit dapat memicu kerusakan sejumlah besar sel darah merah, tetapi hanya sejumlah kecil individu menanggung masalah ini
  • Malformasi arteriovenosa ginjal (jarang, tetapi mungkin terkesan seperti karsinoma sel ginjal pada pencitraan, karena keduanya sangat vaskular)
  • Sindrom nefritis (suatu kondisi yang terkait dengan pasca infeksi streptokokus dan berkembang cepat menjadi glomerulonefritis).
  • Fibrinoid nekrosis dari glomeruli (akibat dari hipertensi ganas atau hipertensi maligna)
  • Varises kandung kemih, yang mungkin jarang mengembangkan obstruksi sekunder dari v. kava inferior.[3]
  • Alergi mungkin jarang menyebabkan hematuria gross episodik pada anak-anak.[4]
  • Hipertensi vena ginjal kiri, juga disebut "pemecah kacang fenomena" atau "sindrom alat pemecah buah keras," adalah kelainan vaskular yang jarang terjadi, yang bertanggung jawab atas gross hematuria.[5]
  • Pelvic Junction Ureteral Sumbatan (UPJ) adalah kondisi langka mulai dari kelahiran di mana ureter diblokir antara ginjal dan kandung kemih. Kondisi ini dapat menyebabkan darah dalam urin.[6]
  • March hematuria - Seperti berkuda dan bersepeda jarak jauh.[7]

sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Hematuria#cite_note-7

3. Albuminuria
Albuminuria adalah simtoma terdapatnya sejumlah konsentrasi albumin di dalam urin. Albumin yang mencapai ginjal melalui pembuluh darah pada umumnya akan mengalami filtrasi pada glomerulus dan diserap kembali oleh tubula proksimal menuju sirkulasi darah. Laju albumin yang terlepas dari penyerapan proksimal ke dalam urin, yang melebihi 150 miligram/24 jam telah dianggap secara medis sebagai patologis.[1]
Walaupun dropsy atau anasarca telah dikenali sejak berabad yang lalu, pada tahun yang pasti 1827 Richard Bright pertama kali mengemukakan bahwa beberapa kasus edema disebabkan oleh adanya penyakit pada ginjal, yang kemudian dikenal sebagai penyakit BrightDiagnosis edema yang menyatakan ginjal sebagai asal usul edema kemudian didasarkan pada adanya konsentrasi albumin di dalam urin. Di dalam catatannya, Reports of medical cases with a view of illustrating the symptoms and cure of diseases by a reference to morbid anatomy, Richard Bright menunjukkan pertamakalinya bahwa pemanasan urin dengan menggunakan sendok teh akan menghasilkan formasi sejenis protein serupa putih telur yang disebut "albumen", yang sekarang disebut albumin.
Beberapa istilah digunakan untuk menyatakan klasifikasi albuminuria antara lain adalah albuminuria-mikro jika laju ekskresi albumin ke dalam urin antara 2 hingga 200 mikrogram/menit[2] atau 30 hingga 300 miligram/24 jam,[3] dan disebut albuminuria-makro setelah laju ekskresi tersebut melebihi nilai 200 mikrogram/menit,[2] kemudian disebut proteinuria saat rasio albumin terhadap kreatinina lebih besar daripada 30 miligram/mmol[4]dengan laju ekskresi melebihi 0,5 gram per 24 jam.[2] Proteinuria yang disertai dengan hipertensi berakibat pada nefropati diabetik.[5] Pada hewan anjing, hal ini merupakan komplikasi jangka panjang dari simtoma hiperkortisolisme dan hiperadrenokortisisme.[6]
Proteinuria juga dapat dikategorikan dengan asal-mula "glomerular" selain "tubular", yang disebabkan oleh meningkatnya permeabilitas glomerular terhadap molekul makro. Peningkatan dapat terjadi pada lapisan glomerular yang dibentuk podosit atau sel mesangial, maupun pada lapisan endotelial renal yang disebut membran dasar glomerular.[7] Enzim heparanase diketahui juga menyebabkan degradasi pada membran tersebut.[8]
Pada lintasan podosit, TGF-β1, sebuah sitokina fibrogenik selalu mengalami peningkatan saat ginjal meradang.[9] TGF-β1 kemudian menekan protein diafragma pada celah podosit seperti P-cadherinzonula occludens-1, dan nefrin. Sementara itu, TGF-β1 juga menginduksi ekspresi protein filamen seperti desminfibronektin dan kolagen-1, dan menstimulasi sekresi enzim MMP-9 oleh podosit. Sinergi endokrin dan parakrin di atas akan mengakibatkan sel epitelial termasuk podosit mengalami dediferensiasi menjadi sel mesenkimal, dan meningkatnya permeabilitas pada lapisan tunggal podosit, hingga dapat dilalui albumin.
Proteinuria lebih lanjut dikategorikan berdasarkan jenis protein yang terekskresi selain albumin, misalnya globulinrantai ringan kappa atau lambda, atau protein Tamm Horsfall yang terbentuk dari nefron yang rusak. Sedangkan albuminuria persisten merupakan salah satu faktor dari sindrom metabolisme dan dapat menjadi petunjuk awal adanya peningkatan risiko penyakit renal dan kardiovaskular yang terkait dengan resistansi insulin dan disfungsi jaringan endotelial, akibat tidak normalnya atau terbaliknya fungsi filtrasi pada glomerulus.[2] Beberapa diagnosa yang dapat terjadi dari albuminuria antara lain:[10]
  • Penyakit renal primer
  • Penyakit renal yang terkait dengan kelainan metabolisme
  • Hemodinamik seperti congestive heart failure, constrictive pericarditis, renal vein thrombosis
  • Mieloma multipel (IgGIgAIgDIgE, dan rantai ringan bebas)
  • Waldenström's macroglobulinuria (primarily IgM)
  • Mu heavy chain disease
  • Idiopathic monoclonal gammopathy
  • Limfoma
Adanya busa yang berlebihan ketika buang air kecil dapat menjadi pertanda awal simtoma albuminuria, walaupun urin yang berbusa juga dapat disebabkan oleh hal yang lain seperti defisiensi tiaminahipertensi portal, kekurangan hepatoselulartirotoksikosisanemia dan penggunaan obat-obatan anti-peradangan berjenis non-steroid yang umumnya menyebabkan reabsorpsi garam darah.[11

sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Albuminuria
2. Batu ginjal 
Batu Ginjal merupakan Batu-batu urine dalam piala ginjal. Lebih sering lagi terdapat di kandung kencing. Sebab utama dalam pembentukan endapan-endapan batu urine adalah urine mengandung terlalu banyak garam atau karena garam-garam yang tidak larut atau larutnya hanya sedikit. Dalam proses selanjutnya batu-batu tersebut mengendap di sekitar benda-benda asing. Inti atau pusat dari sebutir batu biasanya adalah sel epitel, lendir, nanah, sel darah merah dsb. Dalam beberapa hal makanan yang mengandung garam dari berbagai jenis akan mempercepat pembentukan batu. Di beberapa daerah tertentu, yang airnya kaya akan zat-zat mineral, batu-batu tsb. sering dijumpai. Penyakit-penyakit peradangan dari saluran urine atau urine yang tidak dapat mengalir akibat sesuatu sebab akan menimbulkan pembentukan batu kencing dengan mengubah sifat urine dan garam-garam yang dikandungnya. Gambaran klinis dari penyakit batu ginjal adalah sama dengan yang terdapat pada pyelitis kecuali bahwa sakit yang terlihat adalah lebih parah. Gejala yang sangat nyata adalah serangan kolik. Tertimbunnya urine karena terhalang keluar mengakibatkan gejala-gejala uremik. Bila urine diperiksa di bawah mikroskop, terlihat adanya sel nanah, sel epitel, dan seringkali butiran-butiran batu yang sangat kecil. Sel darah seringkali juga terdapat akibat adanya perdarahan. Dengan memperhatikan kekerasan dan bentuk ginjal, maka ada tidaknya batu ginjal mudah diketahui.[1]

Gejala batu ginjal[sunting | sunting sumber]

Gejala awal yang di derita penderita Batu Ginjal antara lain:
  1. Terasa nyeri dan sakit pada saat kencing,
  2. Mual dan muntah, Demam tinggi, Sering mengeluhkan rasa sakit pada pinggang.
  3. Terjadinya pembengkakan pada kaki dan mata, Perubahan warna struktur air seni.
  4. Terkadang kencing di sertai darah.
  5. Sering bangun di tengah tidur nyenyak hanya untuk kencing.
  6. Berkurangnya nafsu makan dan turunnya berat badan.
  7. Pembengkakan juga terjadi pada pergelangan kaki dan tangan.
  8. Terkadang merasakan sesak napas/sulit bernapas, juga selalu merasakan lelah dan lemas.

Pencegahan[sunting | sunting sumber]

Tindakan pencegahan pembentukan batu tergantung kepada komposisi batu yang ditemukan pada penderita. Batu tersebut dianalisis dan dilakukan pengukuran kadar bahan yang bisa menyebabkan terjadinya batu di dalam air kemih.[2]

sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Batu_ginjal

B. Gangguan pada sistem ekskresi manusia dan upaya untuk mencegah atau menanggulanginya

1. Nefritis 
Nefritis terjadi saat ginjal tiba-tiba menjadi meradang. Nefritis akut memiliki beberapa penyebab, dan pada akhirnya dapat menyebabkan gagal ginjal jika tidak diobati.

JENIS NEFRITIS

Ada beberapa jenis nefritis :

- Nefritis Interstisial
Pada interstisial nefritis, ruang antara tubulus ginjal menjadi meradang. Peradangan ini menyebabkan ginjal membengkak.

- Pyelonefritis
Pyelonephritis adalah radang ginjal, biasanya karena infeksi bakteri. Pada sebagian besar kasus, infeksi dimulai di dalam kandung kemih dan kemudian pindah ke ureter dan masuk ke dalam ginjal. Ureter adalah dua tabung yang mengangkut urin dari masing-masing ginjal ke kandung kemih.

- Glomerulonefritis
Jenis nefritis akut ini menghasilkan radang di glomeruli. Ada jutaan kapiler di dalam setiap ginjal. Glomeruli adalah kelompok kecil kapiler yang mengangkut darah dan berperilaku sebagai unit penyaringan. Glomeruli yang rusak dan meradang mungkin tidak menyaring darah dengan benar.

PENYEBAB NEFRITIS

Setelah mengetahui apa itu nefritis, kini saatnya menjelaskan jenis nefritis.

- Nefritis Interstisial

Jenis ini sering berawal dari reaksi alergi terhadap obat atau antibiotik. Reaksi alergi adalah reaksi langsung tubuh terhadap zat asing. Dokter Anda mungkin telah meresepkan obat untuk membantu Anda, namun tubuh memandangnya sebagai zat berbahaya. Hal ini membuat tubuh menyerang dirinya sendiri, mengakibatkan radang.

Kalium rendah dalam darah Anda adalah penyebab nefritis interstisial lainnya. Kalium adalah mineral yang membantu mengatur banyak fungsi dalam tubuh, termasuk detak jantung dan metabolisme.

Mengambil obat untuk jangka waktu yang lama dapat merusak jaringan ginjal dan menyebabkan nefritis interstisial.

- Pyelonefritis
Sebagian besar kasus pyelonephritis terjadi akibat infeksi bakteri Escherichia coli (E.coli). Jenis bakteri ini terutama ditemukan di usus besar dan diekskresikan di tinja Anda. Bakteri dapat berjalan dari uretra ke kandung kemih dan ginjal, mengakibatkan pielonefritis.

Meskipun infeksi bakteri adalah penyebab utama pielonefritis, kemungkinan penyebab lain meliputi:

1. Pemeriksaan urin yang menggunakan cystoscope, instrumen yang terlihat di dalam kandung kemih
2. Operasi kandung kemih, ginjal, atau ureter
3. Pembentukan batu ginjal, yang merupakan formasi mirip batuan yang terdiri dari mineral dan bahan buangan lainnya

- Glomerulonefritis
Penyebab utama infeksi ginjal jenis ini tidak diketahui. Namun, beberapa kondisi dapat mendorong infeksi, termasuk:

1. Masalah pada sistem kekebalan tubuh
2. Sejarah kanker
3. Abses yang pecah dan masuk ke ginjal Anda melalui darah Anda

Apa Gejala Nefritis?

Gejala Anda akan bervariasi tergantung dari jenis nefritis akut yang Anda miliki. Gejala yang paling umum dari ketiga tipe nefritis akut adalah:
• Nyeri di panggul
• Rasa sakit atau sensasi terbakar saat buang air kecil
• Sering buang air kecil
• Air kencing mendung
• Darah atau nanah dalam urin
• Sakit di daerah ginjal atau perut
• Bengkak pada tubuh, umumnya di wajah, kaki, dan kaki
• Muntah
• demam
• tekanan darah tinggi

Mengobati Nefritis

Pengobatan untuk glomerulonefritis dan nefritis interstisial mungkin memerlukan penanganan kondisi mendasar yang menyebabkan masalah. Misalnya, jika obat yang Anda minum menyebabkan masalah ginjal, dokter mungkin meresepkan obat alternatif.

• Obat-obatan
Seorang dokter biasanya akan meresepkan antibiotik untuk mengobati infeksi ginjal. Jika infeksi Anda sangat serius, Anda mungkin memerlukan antibiotik intravena (IV) di dalam rawat inap di rumah sakit.

Antibiotik IV cenderung bekerja lebih cepat daripada antibiotik dalam bentuk pil. Infeksi seperti pielonefritis dapat menyebabkan rasa sakit yang parah. Dokter Anda mungkin meresepkan obat untuk menghilangkan rasa sakit saat Anda sembuh. Jika ginjal Anda sangat meradang, dokter mungkin meresepkan kortikosteroid.

• Suplemen
Bila ginjal Anda tidak berfungsi juga, itu bisa berdampak pada keseimbangan elektrolit di tubuh Anda. Elektrolit, seperti potassium, sodium, dan magnesium, bertanggung jawab untuk menciptakan reaksi kimia dalam tubuh.

Jika kadar elektrolit Anda terlalu tinggi, dokter Anda mungkin meresepkan cairan infus untuk mendorong ginjal Anda melepaskan elektrolit ekstra. Jika elektrolit Anda rendah, Anda mungkin perlu mengkonsumsi suplemen. Ini bisa termasuk pil kalium atau fosfor. Namun, Anda sebaiknya tidak mengkonsumsi suplemen tanpa persetujuan dan rekomendasi dokter Anda.

• Dialisis
Jika fungsi ginjal Anda terganggu secara signifikan karena infeksi Anda, Anda mungkin memerlukan dialisis. Ini adalah proses di mana mesin khusus bertindak seperti ginjal buatan. Dialisis mungkin merupakan kebutuhan sementara. Namun, jika ginjal Anda mengalami terlalu banyak kerusakan, Anda mungkin memerlukan dialisis secara permanen.

• Perawatan rumah
Bila Anda mengalami nefritis, tubuh Anda membutuhkan waktu dan energi untuk menyembuhkan. Dokter Anda mungkin akan merekomendasikan istirahat selama pemulihan Anda. Dokter Anda mungkin juga menyarankan Anda untuk meningkatkan asupan cairan Anda untuk mencegah dehidrasi dan menjaga agar penyaringan ginjal melepaskan produk limbah.

sumber: https://www.kaskus.co.id/thread/5922986cddd77094338b4568/apa-itu-nefritis/